Sabtu, 14 Juli 2007

Asrama Vs Asmara (bag 1)


"Aku tertidur dan mimpi bahwa hidup ini adalah kesenangan. Aku terbangun dan melihat bahwa hidup ini adalah pengabdian. Aku bertindak, dan lihatlah, pengabdian memang menyenangkan."
Rabindranath Tagore


Dor..dor..dor… !!!

"Nada…!! Bangun nak sudah siang, ibu mau ke warung beli gula sebentar, tolong gorengan ibu dijaga ya, jangan sampai gosong"

"iya bu…, ini juga sudah bangun ko" jawabku sambil menguap dan meregangkan badanku yang terasa pegal-pegal.

Kenapa mataku susah sekali dibuka sih, aku ingat semalam aku tidur agak larut. karena teman-teman mengadakan doa bersama di rumahku, karena hari ini adalah pengumuman tes masuk Akademi Keperawatan Cendana. Aku beruntung, aku memiliki teman-teman yang sangat baik dan sayang padaku. Walaupun ide untuk berdoa bersama datang dari Taruna, cowok ganteng anak kepala desa yang sudah empat bulan berusaha aku dekati.

Namaku Nisrina Nada Syifa yang berarti embun penyembuh yang berasal dari bunga mawar putih, aku tak tahu mengapa ibu memberiku nama itu, tetapi ibu pernah cerita bahwa bapak dan ibu membuat satu perjanjian ketika ibu mengandungku dulu..

"mas nama anak kita nanti siapa ya? aku ingin anak kita diberi nama yang mengandung arti baik, karna nama itu adalah doa dan akan dibawa sampai mati" ibuku bertanya pada bapak

"mmm…kalau laki-laki akan kuberi nama Wisnu mahadewa Kencana, kalau perempuan namanya Kirana Dewi Maharani" kata ayahku

"Ko?!seperti nama wayang begitu?"

"aku ini orang jawa bu, dan nama tersebut mempunyai arti yang baik disana"

"Tapi nggak harus segitunya kan Pak?"

Begitulah, bapak dan ibu sempat ribut gara-gara memikirkan nama buatku, sampai akhirnya ibu mendapatkan ide yang dengan berat hati bapak setujui karena takut ibu ngambek dan mogok masak buat bapak.

"Jika anak yang lahir laki-laki, maka bapak yang memberinya nama. Tapi jika anak yang lahir perempuan, maka ibu lah yang memberi nama." Demikian kata ibuku.

Setelah usia kandungan ibuku cukup besar, maka dilakukan USG (Ultra Sono Grafi), selain untuk melihat perkembangan janin juga untuk melihat jenis kelamin bayi yang dikandung. Dan, ibuku yang menang. Aku lahir sebagai anak kandung pertama bapak dan ibu 17 tahun yang lalu dengan jenis kelamin perempuan. Dengan gembira ibu mulai menyiapkan beberapa nama untukku. Ibu dengan giat mencari referensi nama-nama yang mengandung arti baik untukku. Dan entah mengapa diberikanlah namaku seperti saat ini. Mungkin karena dulu ibu bercita-cita menjadi dokter, makanya ibu memberiku nama yang mengandung arti penyembuh, tapi karna kurangnya biaya maka sekolah ibu berhenti sampai bangku SMA.

"Nada sudah diangkat gorengan ibu?" ibu datang membuyarkan lamunanku.

"ya ampun!"…

(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan harian ini berisi hal-hal yang aku ketahui dan yang terjadi dalam hidupku, ada komentar atau kritik dan saran?