Senin, 16 Juli 2007

asrama vs asmara (bag 4)

"Nada, kamu sudah pulang?" ibu tampak semangat menyambut kedatanganku dihalaman, sepertinya dia sdah tidak sabar menunggu kabar dariku.

"ya udah Bu, kan keliatan Nada udah ada dirumah" kataku, ibu tampak terkejut mendengar jawabanku yang bernada kurang ajar. Tetapi kemudian dia tersenyum setelah melihat wajahku dan yakin bahwa aku hanya menggodanya.

"Gimana Nada? Lulus?", tanya ibu kembali

Hhh… kuhela nafas panjang. Ibu tampak tegang.

"gimana ya bu", jawabanku yang pendek membuat ibu terhenyak, tampak sedikit wajah kecewa dan juga penasaran diwajah ibu mendengar jawabanku. Dan wajah lugu ibu membuat aku tak tega untuk melanjutkan candaanku.

"sepertinya, ibu harus berbesar hati, karena sebentar lagi ibu akan berpisah dari anak kesayangan ibu yang cantik ini untuk waktu yang cukup lama" lanjutku, sambil tersenyum pada ibu

"Maksud kamu, kamu lulus?" tanya ibu kembali meyakinkan ucapanku. Aku hanya mengangguk. Dan seperti biasa ibu kemudian memelukku erat hingga aku sesak nafas dibuatnya.

"Alhamdulillah Ya Allah, syukurlah Nada, Ibu senang sekali. Nanti ibu akan segera menyipakan semua yang kamu butuhkan", aku hanya mengangguk. Aku terharu melihat kebahagian Ibu,mudah-mudahan aku bisa membahagiakan ibu dan mendapatkan kebahagiaanku juga disana kelak, pikirku.

---

"Nada, ibu sudah siapkan 2 buah selimut, pakaian tidur baru, sprei dan sarung bantalnya, masing-masing dua, alat cuci, pakaian lainnya sudah kamu siapkan nak?"

"Sudah bu, aku masukkan dalam tas yang hijau tadi"

"disana kamu harus jaga kesehatan ya, udaranya sangat dingin, pakaian hangat jangan hanya bawa satu. Nanti jika ibu sudah boleh berkunjung,ibu akan belikan sweater baru ya. semua pakaian dan barang-barangmu sudah diberi tanda namamu, Nada?"

"Iya bu, nada sudah minta tolong bibi kemarin. Semua sudah siap. Ibu jangan khawatir ya, nada sudah siap ko"

Ibu menatapku dalam, ada butiran air mata disana, aku jadi merasa tidak enak, apa aku salah bicara ya?, tiba-tiba ibu memelukku, erat sekali, aku merasa hangat, kudengar suaranya bergetar.

"Nada, ibu harap kamu bisa menjaga diri, kamu adalah belahan jiwa ibu, apapun yang terjadi, kamu harus sabar dan tegar. Menjadi perawat itu berat Nada. butuh pengorbanan, tapi Ibu selalu yakin bahwa kamu akan menjadi perawat yang hebat kelak"

"Ibu, nada akan baik-baik saja, nanti Nada akan rajin kirim kabar sama ibu, jangan khawatir lagi ya, kan ibu juga yang bilang disana semuanya serba profesional. Jadi tidak mungkin akan terjadi apa-apa dengan Nada. ibu tenang aja ya" jawabku. Perlahan ibu lepaskan pelukannya, Ia tersenyum sekali lagi padaku.

Ibu memang wanita yang paling lembut yang pernah kujumpai. Sementara bapak orang yang sibuk dan terkesan masa bodoh, tapi sebenarnya bapak sangat mencintai ibu dan juga sangat memperhatikan kami, anak-anaknya.

Akhirnya tiba juga waktunya, satu jam lagi aku akan berangkat ke Asrama AKPER Cendana,aku sudah bersiap-siap sejak 15 menit yang lalu, aku merasa gelisah, aneh rasanya akan meninggalkan rumah yang bertahun-tahun aku tempati. Tempat tidurku yang empuk, kamarku yang wangi, boneka-boneka dan perpustakaan kecil milikku pribadi. Hhh aku hanya bisa menghela nafas panjang.

Ting tung… ting tung…

"Nada… ada tamu" ibu berteriak dari dalam kamarnya

Ting tung…

"Nada! bukakan pintunya, ibu lagi tanggung"

"Iya, iya…bu" aku berlari menuju pintu

"Taruna?!.."

"Hai Nada, aku ganggu ya? kamu belum akan pergi kan?"

"mm..belum sih, masih sejam lagi, ada apa?"

"aku ingin ngomong sesuatu sama kamu", taruna tampak gugup dan sedikit pucat.

Deg, jangan-jangan dia mau nyatain lagi, pikirku ge-er, aduh… mana waktunya ga tepat, aku udah mau berangkat.

"Penting nggak?" tanyaku

"ya..penting sih, tapi nggak terlalu penting juga mungkin"

"lama nggak?" tanyaku lagi

"Emang kenapa? Ga bisa ya, aku nggak akan lama ko!" Taruna sedikit mendesakku

"siapa Nada, oh..Taruna, mau ketemu sama Nada ya? atau sama ibu", tiba tiba ibu muncul dari belakang.

"maaf bu, saya mau ketemu sama Nada" jawab Taruna sedikit kikuk

"ya sudah kalau begitu ibu tinggal. Oya nada, barang-barangmu sudah masuk semua kedalam mobil?"

"udah, baru aja selesai", jawabku.

Ibu lalu pergi meninggalkan kami berdua, sebenarnya aku suka taruna datang, tetapi aku tak pernah suka dengan suasana perpisahan, dan aku tahu betapapun aku coba untuk terima, aku akan sedih berpisah dengan teman-temanku yang sangat baik.

"masuk taruna, silahkan duduk" kataku mempersilahkan dia masuk ke ruang tamu

"trimakasih.., tapi diteras aja ya" pintanya ragu

Aku menggangguk dan mempersilahkan dia duduk.

"kuambilkan minum ya"

"Jangan.. nanti jadi lama, aku sebentar ko"

Hening…

"Nada, aku hanya ingin bertanya sesuatu sama kamu, boleh kan?" taruna bertanya penuh harap

"iya, ada apa sih! Kamu ada masalah ya? kok aneh gitu?" tanyaku mencairkan suasana

Taruna tersenyum, dia mulai agak rileks.

"Nada, kalau di asrama itu, boleh ada yang datang nggak?"

"ya… mungkin boleh, tapi aku belum tahu juga peraturannya, memangnya kamu mau datang kesana?" tanyakku menebak

Tidak disangka taruna mengangguk,dia terlihat agak malu.

"oh.. kalau begitu, nanti kalau aku sudah tahu peraturannya, aku akan segera hubungi kamu deh" kataku menenangkan taruna

Wajah taruna tampak lega, dia mengangguk lagi.

"ya sudah kalau begitu nada, aku akan tunggu kabar dari kamu, oya ini ada bingkisan, kenang-kenangan dari teman-teman. Mereka titip salam dan meminta maaf karena nggak bisa datang langsung kesini"

"wah..aku jadi terharu. Trimakasih ya, tapi kenapa harus kasih kenag-kenangan segala sih, aku kan bukannya akan pergi. Paling seminggu atau sebulan sekali aku bisa pulang", jawabku.

"gapapa, biar kamu ga lupain kita-kita disini", katanya lagi sambil menyerahkan bingkisan berwarna hijau toska itu padaku. Warna yang aku suka.

"nada.. ayo siap-siap, bapak sudah menunggu di mobil" ibu datang dan tersenyum pada taruna

"maaf ya taruna, nada harus berangkat. Takutnya terburu-buru nanti", ibu meminta maaf pada taruna

"iya bu, saya sudah selesai ko" jawab taruna, dia menatap padaku, tatapan..apa ya? aku tidak dapat menebaknya.

"nada, aku pulang dulu. Selamat jalan ya" taruna menyodorkan tangannya mengajakku bersalaman.

"oke, thanks ya. salam buat temen-temen, bilangin aku pamit" jawabku sambil menjabat tangannya. Ada yang perasaan aneh saat aku menjabat tangannya. Sepertinya dia engan melepaskan.

Taruna pergi, dia tidak membalikkan tubuhnya hingga hilang dari pandanganku. Ah… mungkin aku terlalu ke ge-er an, pikirku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan harian ini berisi hal-hal yang aku ketahui dan yang terjadi dalam hidupku, ada komentar atau kritik dan saran?