Senin, 16 Juli 2007

Asrama vs Asmara (bag 3)

Keinginan ibuku terkabul, aku yang sejak kecil bercita-cita menjadi seorang pengacara, agar dapat memperjuangkan hak orang lain, membela yang benar dan menegakkan keadilan. Kandas.

Saat ujian UMPTN tiba aku terserang demam tinggi, mungkin karena stress, mungkin juga kelelahan karena sering belajar hingga larut malam, tentu saja walaupun ibu dengan berat hati dan perasaan khawatir yang amat sangat mengizinkan aku untuk tetap mengikuti ujian, toh aku tetap tak mampu mengerjakan semua soal-soalnya dengan baik. Pada menit ke 20, aku tak sadarkan diri. Sungguh tragis dan kenyataan pahit yang memalukan.

Itulah sebabnya tiga hari kemudian aku coba untuk ikut ujian tes masuk di Akademi Keperawatan Cendana.

---

Pukul sepuluh pagi aku berangkat diantar mang jumin supir bapak, aku mau ke kampus Akper Cendana untuk melihat pengumuman.

Dua jam kemudian aku tiba disana, kulihat banyak sekali orang-orang berkerumun. Tampaknya pengumuman kelulusan sudah tertempel di dinding mading. Dengan susah payah aku sampai juga kebarisan terdepan. Mungkin karena aku tak percaya diri, aku mengurut nama dari belakang, karena kurasa dari 700-an peserta yang ikut tes rasanya tak mungkin aku berada diurutan 10 besar dari 60 peserta yang akan dinyatakan lulus. Aku tak menemukan namaku, mataku mulai terasa panas menahan air mata kekecewaan. Bagaimana kalau aku tidak lulus, apa aku tidak akan kuliah hingga tahun depan? Apa yang akan aku lakukan. pikiranku mulai membayangkan yang macam-macam. Disela-sela suara keributan itu, sayup-sayup aku mendengan suara tangisan kekecewaan lebih mendominasi dibanding suara kegembiraan, karena memang akan ada 600-an lebih peserta yang tidak lulus. Dengan sedikit putus asa kucoba mengurut nama-nama yang terpampang didinding.

Indah.., sofia.., wulan.., lidya.., aryo.., maria.., bayu.., Roy.., nisrina.., Robi.., Tuh kan. Namaku tidak ada. Rasanya lemas sekujur tubuhku, aku sudah membaca urutan 10 terbesar dari bawah. Aku hampir pergi dan sudah membalik tubuhku ketika mulutku secara tidak sadar mengucapkan, nis..ri..na. seperti kenal? Loh itukan namaku? Sepecat kilat kuputar tubuhku kembali, aku baca dengan hati-hati, NISRINA NADA SYIFA, iya itu namaku. Ya ampun masa aku lupa nama lengkapku sendiri, dasar bodoh pikirku. Ternyata aku berada diurutan kedua, tak percaya rasanya aku berada diurutan kedua dari 700 orang peserta. 700 ratus orang…ya Tuhan, terima kasih. Batinku.

Tubuhku masih lemas dan masih tak percaya, aku sedang berjalan ke arah Mang Jumin memarkirkan mobil, ketika kulihat seorang cowok berjalan disampingku. Dengan antusias aku menyapanya

"hai,..kamu keterima nggak?" tanyaku

"nggak" jawabnya pendek,

aku terkejut dan langsung merubah ekspresi wajah gembiraku menjadi wajah simpati

"Oh..trus kamu mau kemana setelah ini?" tanyaku

"aku akan ke bandara, aku harus pulang ke sulawesi. Aku sudah lima minggu disini, mengikuti berbagai tes untuk melanjutkan kuliah, ternyata semuanya gagal. Orang tuaku pasti sangat kecewa" jawabnya lemah.

Tampak sekali wajah lelah dan kekecewaan yang dalam diwajahnya. Aku merasa iba dan tidak menyangka kalau dia berasal dari tempat yang jauh hanya untuk mengejar cita-citanya. Dan gagal.

"namaku nada, aku juga tidak lulus, tapi aku tetap yakin. Tuhan tidak pernah salah dalam memilihkan jalan hidup kita. Kamu juga harus tetap semangat dan yakin ya. pasti Tuhan sudah punya rencana yang baik juga buat kamu"

Dia menatapku, lalu tersenyum

"namaku Heri" jawabnya,

"makasih ya, aku pasti akan tetap berusaha dan semangat. Sekali lagi makasih ya nada"

Aku pun tersenyum, entah darimana datangnya ide untuk membohongi dia, tapi toh aku tidak akan ketemu dia lagi, dan yang terpenting dia sudah tersenyum dan punya semangat lagi. Pikirku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan harian ini berisi hal-hal yang aku ketahui dan yang terjadi dalam hidupku, ada komentar atau kritik dan saran?